Selasa, 27 September 2011

Perumpamaan Tentang Anak yang Hilang




 <Lukas 15 :11 - 32>
Yesus berkata lagi: "Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki.
Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka.

Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya.

Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan iapun mulai melarat.

Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya. Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorangpun yang memberikannya kepadanya.


Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa.


Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa.

Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya.
Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita.
Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria.

Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian. Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu. Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat.
Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia. Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku.
Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia.

Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali."

  
Banyak Pelajaran yang bisa kita gali dari Perumpamaan Tuhan Yesus tentang Anak yang Hilang ini.

Jika kita melihat dari konteks sejarah atau situasi, Perumpamaan ini di katakan Tuhan Yesus kepada orang-orang Farisi dan Para Ahli Taurat yang bersungut-sungut karen Tuahn Yesus mendekati dan bergaul dengan orang-orang berdosa dan Para pemungut Cukai.
  
<Lukas 15 : 1- 3>
Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia.  Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: "Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka." Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka:

 Tuhan Yesus mengutaran 3 Perumpamaan, yaitu Domba Yang Hilang, Dirham yang Hilang dan Anak yang Hilang.
  
3 ini saling berkatian Perumpamaan, dan memiliki benang merah yang sama yaitu “Sesuatu hilang dan ditemukan kembali”
Namun ketiga perumpamaan unik satu sama lain.
Contohnya dalam perumpamaan Domba yang hilang, si Domba tersesat dan Gembala yang Aktif mencari dan mendapatkannya Kembali. Disini Domba tidak sengaja tersesat, tidak seperti Anak bungsu yang sengaja pergi. Domba ini mewakili orang-orang yang belum dewasa rohani namun tersesat dalam dunia yang penuh penipuan.

Dalam perumpamaan Dirham yang hilang, Sang Perempuan aktif mencari dengan menyalakan lampu dan menyapu seisi Rumah. Hal menarik dirham itu hilang dirumah, rumah melambangkan Gereja .... dimana di dalam Gereja pun bisa ada yang hilang dan perlu ditemukan kembali.


Mari kita memfokuskan pada Perumpamaan Anak yang Hilang
Dalam perumpamaan ini ada dua anak yang mewakili orang-orang berdosa serta pemungut cukai dan orang-orang Farisi dan Para Ahli Taurat.
Orang-orang berdosa serta pemungut cukai diwakili oleh Si Anak Bungsu yang bertobat dan orang-orang Farisi dan Para Ahli Taurat diwakili oleh Si Anak Sulung yang bersungut-sungut.

Disini juga dilustrasikan kesetiaan Allah meskipun anak bungsu menyakiti hatiNya dan meninggalkanNya untuk pergi menikmati kesenangan duniawi (digambarkan sebagai negeri yang jauh).

Tuhan Yesus hendak menekankan bahwa seindah-indahnya kenikmatan duniawi yang dapat dipandang mata, suatu saat itu akan berbalik menjadi jerat yang akan membuat seseorang meninggalkan Tuhan, apabila kenikmatan itu dikejar melebihi apapun, bahkan kenikmatan yang kelihatannya tidak berdosa sekalipun. Seperti Hobby yang menghabiskan banyak waktu dan menjauhkan kita dari Tuhan.

<I Yohanes  5:21>
Anak-anakku, waspadalah terhadap segala berhala.

Berhala adalah segala sesuatu yang menjauhkan kita dari Hadirat dan Rencana Tuhan Yesus.

Berbeda dengan 2 perumpamaan lain, Bapa tidak aktif pergi mencari. Namun Si anak Bungsu yang bertobat dan kembali kepada Bapa.
Kita harus berhikmat dan tidak hanya melihat dari salah satu perumpamaan, tetapi ketiganya adalah kesatuan pertobatan dari sisi Manusia dan Allah yang mengulurkan tangan dan menemukan kembali.

Setelah ada persatuan kembali maka disetiap perumpamaan ada diakhiri dengan pesta besar, hal ini menyatakan bahwa Sorga sungguh rindu untuk mendapati kembali yang hilang, orang berdosa bertobat.

  
Ada terdapat pelajaran lain dari perumpamaan ini yang bisa kita dapati selain dari hal-hal diatas.
Inti dari Pelajaran lain itu adalah perihal PERTOBATAN dari Si Anak bungsu.

Beberapa pemahaman orang mengenai Anak-anak Allah. Dan banyak sekali orang yang berkata, "Sekali dibabtis maka menjadi anak Allah akan selamanya menjadi anak Allah." Hal ini benar, tapi tidak menjamin pintu surga terbuka bagi kita.

Hal ini sesuai yang disampaikan oleh Tuhan Yesus dalam Perumpamaan Anak yang Hilang. Si bungsu harus melakukan pertobatan dan kembali kepada Bapa. Jika Si bungsu tidak bertobat dan kembali maka dia akan tetap hilang dan tidak mengalami kebaikan dan pemulihan dari Bapa.

Stop anggapan bahwa kita adalah anak dan dengan demikian kita pasti akan baik-baik saja, jadi boleh berbuat dosa-dosa. Atau boleh meninggalkan Allah dan masih diselamatkan dan masuk sorga juga pada akhirnya.

Pengertian Anak Allah didapat karena ada nya pemulihan dan pengangkatan oleh Allah dengan memberikan Roh Nya kepada kita.

<Roma 8:15>
Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!"

Namun tidak dapat dikatakan karena kita adalah anak Allah maka kualitas kehidupan yang kita jalani tidaklah penting. Tidak masalah apakah kita kudus atau tidak. Tidak masalah apakah kita berbuat dosa atau tidak.

Sungguh kasihan dan tidak adil jika seorang yang bukan Kristen melakukan, katakanlah, sebuah dosa kecil seperti mencuri, apakah ia harus masuk ke neraka sementara orang Kristen yang membunuh dan tidak bertobat akan tetap diselamatkan.

Si Bungsu dipulihkan bukan karena ia adalah seorang anak, ia tetap anak namun mengalami kelaparan dan hidup melarat. Setelah ia bertobat dan kembali kepada Bapa, baru ia dipulihkan.

Jelas bahwa kita tetap anak Allah, namun apakah kualitas hidup kita layak atau sesuai dengan gelar anak Allah ?

Hal pertama yang harus ada dalam hidup anak Allah adalah buah-buah pertobatan, seperti yang disampaikan oleh Yohanes Pembaptis

<Matius 3:8-9>
Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan.
Dan janganlah mengira, bahwa kamu dapat berkata dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini!

Adalah bohong besar, jika anak-anak Allah masih hidup serupa dengan dunia dan hidup dalam dosa.

<Roma 12:2 >
Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.

Kesalahan ini dilakukan oleh orang-orang farisi dan para ahli Taurat. Mereka merasa telah dipilih oleh Allah dan menjadi suatu kesombongan rohani. Dan Tuhan Yesus menegur mereka dalam perumpamaan Anak yang hilang ini.

<Yohanes 8:39-42>
Jawab mereka kepada-Nya: "Bapa kami ialah Abraham." Kata Yesus kepada mereka: "Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham.
Tetapi yang kamu kerjakan ialah berusaha membunuh Aku; Aku, seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari Allah; pekerjaan yang demikian tidak dikerjakan oleh Abraham.  Kamu mengerjakan pekerjaan bapamu sendiri." Jawab mereka: "Kami tidak dilahirkan dari zinah. Bapa kami satu, yaitu Allah." Kata Yesus kepada mereka: "Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku.

Mari kita mawas diri, kesalahan orang-orang farisi dan para ahli Taurat masih mungkin kita lakukan
Kita merasa sudah dibaptis, sudah lahir baru, melayani, menjadi anggota dewan paroki, menjadi pewarta. Tapi menjalani hidup kita cukup banyak dosa, cukup banyak tindakan ngawur yang kita lakukan. Bahkan mungkin kualitas kehidupan rohani saya sebagai orang Kristen masih di bawah kualitas kehidupan orang yang non-Kristen. Tapi saya dibaptis, sudah melayani. Saya adalah seorang anak Allah."

Jika kita datang kepada Allah dengan cara seperti ini, Ia sama sekali tidak akan ada waktu untuk kita.
  
<Matius 7 : 21 - 23>
Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"


Jadi status anak Allah kita harus di wujudkan dengan kualitas hidup kita, sama dengan perumpamaan yang disampaikan oleh Tuhan Yesus, kita harus berlaku seperti Si Anak Bungsu. Yaitu bertobat dan kembali kepada Bapa.

Dengan bertobat kita harus menunjukan buah-buah pertobatan yang layak untuk anak-anak Allah
Dan bersama dengan Roh Kudus kita bersama-sama menghasilkan buah-buah Roh

<Galatia 5 : 22 -23>
Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.

Akhirnya dengan buah-buah Roh, sebagai anak-anak Allah kita menjadi Terang dan Garam untuk dunia dan mempersembahkan buah-buah Jiwa untuk Kristus.
  
<Yakobus  1 : 21>
Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar